PARA peneliti mengatakan sebagian besar anak berusia 10 - 11 tahun yang sudah terpapar multilayar yakni menonton TV sambil menggunakan iPad, smartphone, laptop, dan video game portable berisiko mengalami obesitas dan masalah kesehatan mental pada anak-anak. (Media Hidup Sehat)
KlinikStrokeNusantara.com
Selasa, 24 Desember 2013
Minggu, 22 Desember 2013
Emosi Pun Memicu Keringat
Berkeringat telah menjadi bagian dalam hidup sehari-hari mengingat kita tinggal di negara beriklim tropis. Akan tetapi, ternyata keringat tak cuma muncul ketika udara lembap dan panas, tetapi juga karena terpapar sinar matahari, serta saat beraktifitas berat. Keringat pun bisa muncul meski kita berada dalam ruangan berpenyejuk udara sekalipun.
MASALAHNYA, hal ini justru kerap kali tidak sadari, hingga tiba-tiba aroma tak sedap merayap. Mengapa bisa demikian?
Faktor yang mengintai
Bau badan terjadi ketika keringat bertemu dengan bakteri. Yang jadi soal, kita tak dapat mengontrol munculnya keringat. Keringat tetap mengintai, kapan pun dan di mana pun.
Faktor penyebabnya beragam. Di antaranya dipicu oleh emosi senang atau sedih, stres dan tekanan, melakukan gerakan ringan yang dilakukan berulang-ulang, perubahan suhu dari panas ke dingin sehingga lembap, dan tentu saja dalam udara panas.
Masalahnya, stres pun kerap sulit dihindari. Dalam dunia kerja, misalnya tekanan bisa muncul, baik dari atasan maupun disebabkan persaingan dengan rekan kerja. Emosi juga ikut naik-turun. Hal seperti ini dapat memicu kelenjar keringat lebih aktif sehingga membuat tubuh berkeringat.
Tak melulu dalam suasana tertekan. Bahkan, ketika Anda diberi tahu mendapat kenaikan jabatan sebagai buah kerja keras pun tanpa disadari membuat kelenjar keringat lebih aktif. Semua itu gara-gara emosi yang tiba-tiba membuncah.
Berhubung kita tak dapat mengontrol produksi kelenjar keringat yang bisa berubah sewaktu-waktu, tak ada salahnya membuat langkah antisipasi, sebelum disergap aroma tak sedap. Mandi bersih setiap hari menjadi langkah awal untuk membebaskan tubuh dari kuman dan kotoran. Demikian halnya dengan memperhatikan kebersihan baju, bukan hanya terlihat cemerlang, tetapi juga bebas dari kuman.
Akan tetapi, sering kali dua hal tersebut tak cukup untuk mengatasi bau badan. Wajar kalau kemudian orang, khususnya perempuan, menggunakan parfum atau body spray sebelum atau saat beraktivitas. Pertanyaannya kemudian, apakah langkah ini dapat membantu mengusir bau badan?
Jawabannya memang relatif, karana bau badan dapat kembali menyerap, lantaran keduanya tidak mengandung zat deodorizer yang dapat membunuh bakteri penyebab bau badan dan antiperspirant untuk mencegah keringat berlebih.
Parfum dan cologne sifatnya hanya menutupi permukaan dan bersifat sementara. Tak masalah untuk tetap mengenakannya, karena toh dapat digunakan berulang kali dalam sehari. Namun, agar ketiak tetap kering dan tidak menimbulkan bau badan, sebaiknya menggunakan deordoran yang telah dilengkapi dengan antiperspirant dan deodorizer.
Langkah sederhana ini pun mampu menjadi pendongkrak kepercayaan diri. Bau badan hilang, bekerja juga makin semangat dan performa kerja meningkat. Meski sepulang kerja berkumpul dengan teman-teman pun tak jadi soal. Satu langkah mudah untuk membuat hidup kian berwarna, bukan? (ADIT)
Langganan:
Komentar (Atom)